Hal ini diuangkap Abdullah Skaik, pengawas sebuah dapur amal di permukiman al-Amal di Khan Younis, kepada Xinhua. "Jika perbatasan terus ditutup, kemungkinan kami terpaksa berhenti beroperasi dalam beberapa hari ke depan," katanya.
"Sebelumnya, kami bisa mendapatkan beras, kacang lentil, dan tepung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sekarang, kami mengandalkan stok sisa yang sudah hampir habis," ucap Abdullah.
Diketahui, Israel menghentikan masuknya barang dan pasokan ke Gaza sejak 2 Maret setelah berakhirnya perjanjian gencatan senjata tahap pertama dengan Hamas. Perjanjian gencatan senjata tahap kedua belum dapat terlaksana karena ketiadaan konsensus antara Israel dan Hamas.
Abdullah menggambarkan tekanan emosional yang dialami para sukarelawan. Termasuk keluarga pengungsi yang mereka bantu.
"Kami menyaksikan malanutrisi menyebar di depan mata kami. Jika tidak ada perubahan, yang terjadi bukan hanya kekurangan makanan, tetapi kelaparan akut," ujarnya.
Para pekerja bantuan kemanusiaan mengatakan bahwa sumber daya saat ini tidak cukup. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat besar dan terus bertambah.
Sementara, PBB telah memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang akan terjadi di Gaza. PBB melaporkan bahwa tanda-tanda kelaparan akut semakin meningkat, khususnya di kalangan anak-anak.
