CARAPANDANG - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyitaan uang sebesar Rp10 Miliar terkait dugaan korupsi di Bank BRI. Penyitaan dilakukan terkait kasus pengadaan mesin Electronic Data Capture (EDC) Bank BRI 2020-2024.
Penyitaan dilakukan penyidik pada awal pekan ini usai memeriksa sejumlah saksi. "Pada Senin dan Selasa kemarin, Penyidik juga menyita uang sejumlah Rp10 miliar di rekening para pihak tersebut," kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo, Selasa (9/7/2025).
KPK menduga telah terjadi pengondisian dalam pengadaan EDC di BRI. Di mana, para pihak terkait tidak melakukan mekanisme pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Budi menyebut, penyitaan ini menjadi langkah awal proses pemulihan kerugian negara (asset recovery). Dalam kasus ini, KPK menduga negara mengalami kerugian lebih dari Rp700 miliar.
Namun, angka kerugian negara itu merupakan hasil penghitungan sementara dan bisa bertambah seiring berjalannya proses penyidikan. Dalam prosesnya, KPK telah mengajukan pencegahan keluar negeri terhadap 13 orang melalui Direktorat Jenderal Imigrasi pada 26 Juni 2025.
Berdasarkan informasi, mereka adalah CBH; IU; DS; MI; AJ; IS; AWS; IP; KS; ELV; NI; RSK; dan SRD. CBH merujuk pada mantan Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto.
Sementara, IU pada Indra Utoyo yang kini menjabat Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk. Indra Utoyo sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur Digital dan Teknologi Informasi bank BRI.
